[You must be registered and logged in to see this image.] Bagaimana
membedakan tangisan biasa dengan tangisan kolik? Tangisan kolik
melengking tiba-tiba, dan berlangsung terus-menerus selama lebih dari
2-3 jam. Saat menangis kolik, bayi tampak gelisah, wajah memerah, tangan
mengepal, serta tubuh dan lututnya terangkat.
Frekuensi kolik
cukup unik, yaitu berlangsung tiga hari atau lebih berturut-turut dalam
seminggu, selama paling sedikit tiga minggu. Kolik sendiri adalah nyeri
perut akibat gangguan pada usus yang kerap dialami oleh bayi berusia 2
minggu hingga 2-3 bulan. Kolik cenderung memuncak pada enam minggu
pertama setelah bayi lahir, kemudian mereda di antara usia 3 dan 4
bulan. Kolik biasanya menghilang di usia 5 bulan. Jika ternyata masih
ada, kemungkinan si bayi menderita gangguan refluks.
Kolik bukan
lah jenis penyakit, tetapi diduga sebagai wujud rasa melilit di perut
yang dialami bayi. Kolik tidak membahayakan dan dialami oleh 20 persen
bayi sehat di seluruh dunia. Hanya saja, datangnya kolik sering membuat
para orangtua panik dan kepayahan.
Penyebab kolik belum diketahui
secara pasti, tetapi diduga karena sistem pencernaan bayi belum
sempurna, pemberian makanan padat terlalu cepat, bayi terlalu kenyang
menyusu hingga perutnya juga terisi oleh udara, atau suasana tak nyaman
yang akhirnya berimbas pada sistem pencernaan bayi. Gangguannya berupa
kejang otot di dinding usus akibat masuknya udara ke dalam usus,
kemudian ditunjukkan dengan perut yang kembung.
Serangan kolik
biasanya datang dan hilang secara tiba-tiba. Bayi yang sebelumnya riang
dan senang, di jam-jam tertentu bisa berubah menangis secara berlebihan
tanpa disertai gejala sebelumnya. Selanjutnya, setelah menangis
berjam-jam bayi akan berhenti menangis begitu saja, kembali riang, atau
tertidur lelap.
Meskipun terjadi kapan saja namun banyak bayi yang
mengalami kolik pada senja hari menjelang malam. Hingga kini belum
diketahui pasti kenapa bisa demikian. Dugaan yang paling kuat karena
fermentasi susu yang dikonsumsi sejak pagi hingga siang hari, baru
terasa imbasnya di sore hari. Dugaan lainnya adalah perubahan cuaca dari
sore ke malam yang membuat bayi harus beradaptasi dan merasa tidak
nyaman. Begitu juga bayi yang terlalu kenyang minum susu (baik ASI
maupun formula), karena dalam perutnya juga tersimpan banyak gas.
Yang
jelas, setiap bayi bisa mengalami kolik, baik bayi yang mendapat ASI
maupun susu formula. Namun, yang lebih sering terjadi adalah bayi yang
mendapat susu formula karena kandungannya lebih sulit diserap. Susu
formula mengandung kadar lemak dan karbohidrat lebih tinggi dibandingkan
ASI. Tingginya kadar lemak dan karbohidrat inilah yang membuat
penyerapannya juga lebih lama, butuh waktu sekitar 2 jam untuk dicerna.
Narasumber: dr. Atilla Dewanti, Sp.A., Empati Development Centre