Sidik Jari (Fingerprint) Berbagai peninggalan purbakala memperlihatkan bahwa sejak dahulu,
telah diketahui bahwa sidik jari yang dimiliki seseorang berbeda dengan
orang lain. Di beberapa batu terpahat pola sidik jari yang berusia
ribuan tahun sebelum Masehi. Tetapi, kajian ilmiah mengenai
inividuality dari biometrics baru dilakukan pertamakali pada abad 16.
Publikasi ilmiah tertua tercatat dilakukan oleh Nehemiah Grew, pada
tahun 1684, yang membahas secara sistematis struktur sidik jari,
meliputi ridge, furrow dan pore. Pada tahun 1880, Henry Fauld
menyampaikan presentasi ilmiah yang membahas mengenai keunikan sidik
jari berdasarkan observasi secara empiris. Sedangkan Sir Francis Galton
pada tahun 1892 memperkenalkan minutiae sebagai dasar untuk melakukan
proses matching.Sebuah sidik jari dapat direpresentasikan dengan
berbagai cara, misalnya citra, minutiae, dan sebagainya. Agar dapat
dipakai dalam proses matching, representasi sebuah fingerprint tersebut
harus memenuhi dua syarat [7]:
- saliency
sidik jari harus memiliki informasi yang cukup memadai
sehingga dapat dipakai untuk membedakan sidik jari seseorang dengan yang
lain.
- suitability
sidik jari harus mudah diekstrak, compact, sehingga dapat disimpan untuk proses matching.
Pola sidik jari dapat dibagi menjadi tiga: loop, whorl dan arch. Pola
loop paling banyak, yaitu sekitar 65%, whorl sekitar 30% dan arch
sekitar 5%. Dari pola sidik jari tsb. Informasi yang diperlukan dapat
diperoleh dengan mengekstrak minutiae. Arti minutiae adalah detail
kecil. Minutiae pada sidik jari adalah titik dimana sebuah ridge (bukit)
diskontinu (putus). The American National Standards Institute (ANSI)
pada tahun 1986 mengusulkan taksonomi berdasarkan 4 kelas:
terminations,bifurcations, trifurcations (atau
crossovers) dan
undetermined.
Berbeda dengan ANSI, FBI menetapkan model koordinat minutiae hanya
berdasarkan termination dan bifurcations, yaitu tiap minutia
dinotasikasikan berdasarkan class
, koordinat x dan y, dan sudut yang dibentuk oleh garis ridge dan sumbu horizontal pada titik minutia tersebut [7].
Dalam proses matching, untuk menyatakan bahwa dua buah sidik jari berasal dari jari yang sama harus dipenuhi syarat-syarat sbb.
- kesesuaian konfigurasi pola global antara kedua buah sidik jari
- kesesuaian kualitatif (qualitative concordance), yaitu minutiae yang bersesuaian harus identik.
- faktor kuantitatif, yaitu banyaknya minutiae bersesuaian yang
ditemukan harus memenuhi syarat minimal (guideline forensik di AS
mensyaratkan minimal 12 minutiae)
- detail minute yang bersesuaian harus identik
Teknik matching sidik jari yang dikembangkan sangat beragam, dan dapat dikategorisasikan ke dalam 3 tipe:
Correlation-based matching
Proses matching dilakukan berdasarkan
perbandingan antar pixel dari kedua citra sidik jari, dilakukan dengan
mencoba berbagai penyelarasan (alignment) kedua citra.
Minutiae-based matching
Teknik kedua adalah yang paling populer
dilakukan, dimana proses matching dilakukan berdasarkan perbandingan
minutiae yang diekstrak dari kedua sidik jari, yang dilakukan dengan
mencoba berbagai penyelarasan (alignment) kedua citra.
Ridge feature-based matching
Apabila kualitas citra sidik jari sangat
rendah, proses ektraksi minutiae sangat sulit dilakukan. Sebagai
gantinya, pola ridge (orientasi lokal, frekuensi, bentuk dan tekstur)
pada sidik jari yang diekstrak dan dipakai dalam proses matching.
Pemanfaatan fingerprint sebagai alat identifikasi telah diuji sejak
lama, dan standardisasi maupun evaluasinya telah jauh lebih maju
dibandingkan dengan biometrics yang lain.
Pengertian BiometricsBiometrics adalah salah satu teknologi yang dewasa ini makin
meningkat intensitas pemanfaatan maupun penelitiannya. Definisi
biometrics cukup beragam. Mengacu pada kamus Merriam-Webster[1],
Biometrics didefinisikan sebagai berikut “the measurement and analysis
of unique physical or behavioral characteristics (as fingerprint or
voice patterns) especially as a means of verifying personal identity”.
Adapun teknologi biometrics didefinisikan sebagai berikut
“Biometric
technologies” are automated methods of verifying or recognizing the
identity of a living person based on a physiological or behavioral
characteristics[2][3]
Dari kedua definisi ini dapat disimpulkan bahwa:
Data masukan pada sebuah sistem biometrics terdiri dari dua kategori: karakteristik fisis dan karakteristik perilaku seseorang
Tujuan dari pemakaian biometrics adalah untuk mengenali identitas
personal seseorang berdasarkan ciri biometrics yang dimiliki orang
tersebut
proses verifikasi atau recognition dilakukan secara otomatis yaitu
lewat komputer. Teknik laboratorium forensik seperti latent fingerprint,
analisa rambut dan DNA tidak termasuk dalam kategori teknologi
biometrics
Sasaran identifikasi adalah manusia yang masih hidup. Karena itu
pemakaian metode yang sama untuk identifikasi selain manusia yang masih
hidup seperti buah dan sayur, tidak termasuk dalam definisi biometrics.
Reference:
http://asnugroho.wordpress.com/2010/04/19/sekilas-mengenai-biometrics/